Thursday, July 23, 2015

Adat Batak Prosesi Patua Hata / Marhusip

PATUA HATA DOHOT MARHUSIP
Mungkin pernah diantara pembaca menerima Undangan atau Gokkon Dohot Jaou-jou  dari dongan tubu atau boru atau dari dongan sahuta, didalam undangan itu dikatakan sebagai berikut : .asa marneang ni langka hamu ro mangadopi ulaon parhusipon dohot patua hata ni boru nami atau anaknami… penulisan kalimat ini sebenarnya salah tetapi mungkin disebabkan kurang memahami dan belum  bisa  membedakan apa itu Patua hata  dan apa itu marhusip , sehingga dalam pengucapannya atau pencantumannya dan penulisannya dalam surat undangan  sering terbalik. 
Penulisan MARHUSIP DOHOT PATUA HATA  tidak benar  karena terlebih dahulu Patua hata baru  Marhusip jadi dalam pengucapan dan penulisan harusnya  Patua hata dohot Marhusip jadi lebih dahulu Patua hata baru Marhusip, kesalahan ini bagi orang yang belum begitu paham urut-urutan ni adat mungkin adalah suatu kesalahan sepele, tetapi bagi orang yang sudah mengerti dan faham akan jalannya ruhut-ruhut ni adat tentu suatu kesalahan besar.
Bagi orang Batak apabila seorang gadis telah mengikat janji dengan seorang pemuda hendak berumah tangga maka ikatan janji ini belum dianggap syah karena dianggap masih pembicaraan sebatas  hata ni naposo sehingga belum resmi belum bisa  menjadi pegangan atau kepastian , untuk itu perlu ditingkatkan ke tingkat yang lebih resmi yaitu ketingkat orang tua kedua belah pihak calon penganten.
Walau sesungguhnya orang tua kedua calon penganten sudah tau dan sudah membicarakan pada saat marhori-hori dinding juga  masih belum bisa dianggap resmi atau menjadi satu kepastian karena pembicaraan itu baru sebatas kedua orang tua Pangoli dan Parboru , karena belum terlibat dongan tubu , boru , dongan sahuta dan hula-hula secara resmi
Untuk itu orang tua pangoli dan dongan tubu serta borunya harus datang kerumah parboru lao patua hata untuk meningkatkan pembicaraan secara resmi kepada pihak parboru, jadi pembicaraan itu tidak lagi hanya dipihak kedua calaon penganten tetapi juga sudah melibatkan kedua pihak orang tua mereka.
Setelah pihak parboru menerima permohonan orang tua pria untuk patua hata biasanya acara dilanjutkan tu Parhusipon , untuk membicarakan pelaksanaan pesta pamasu-masuon pada hari yang akan ditentukan nanti.
Namun perlu diketahui bahwa semua yang dibicarakan pada saat marhusip ini dapat dikatakan baru setengah resmi , kenapa ?  Karena hula-hula pada saat itu belum hadir yang hadir baru  dongan tubu, boru dan raja ni dongan sahuta
Sedangkan menurut adat Batak semua pembicaraan baru dapat dianggap syah dan resmi apabila ketiga unsur dalihan natolu sudah hadir pada saat pembicaraan itu, oleh karena itu istilah marhusip sering dikatakan marhusip-husip nagogo, berbisik-bisik tetapi suaranya keras.
Dan itu sebabnya pada saat marhusip tidak perlu banyak undangan  karena pembicaraan pada saat itu baru sebatas keluarga dekat.
Pernah dilaksanakan di Jabotabek, atas kesepa-katan kedua belah pihak setelah selesai patua hata lang-sung marhata sinamot , karena pada saat itu hula-hula dari kedua belah pihak juga sudah hadir.
Ulaon seperti ini disebut Pudun saut .
Kalau ditinjau dari sudut efisiensi namun tetap dalam koridor ruhut-ruhut ni adat setelah patua hata langsung marhata sinamot adalah lebih efektif dan efisien.
Karena selain  menghindarkan kejenuhan para undangan pada saat pesta unjuk  juga sangat menghemat waktu , karena  otomatis :
  1. Tidak ada lagi marhata sinamot
  2. Tidak lagi pasahat sinamot karena sinamot sudah
      diserahkan pada saat marhata sinamot
  1. Tidak ada lagi padalan panandaon tu suhi ni ampang naopat karena  sudah diberikan pada saat marhata sinamot
  2. Tidak ada lagi pasahat tintin marangkup karena sudah diberikan pada saat marhata sinamot
Yang belum diberikan hanya tinggal pinggan panganan dan ulos tinonun sadari serta ulos herbang.
Hal lain yang sering membuat rombongan calon penganten pria bingung saat mau masuk rumah calon penganten wanita .
Siapa yang didepan  ,  suhut atau boru yang mem-bawa  tudu-tudu ni sipanganon!
Pada umumnya dan yang sering dilaksanakan ialah yang paling depan sekali Raja Parhata ni Paranak karaena dialah yang mengucapkan kata-kata .. horas ma dihamu raja nami ...., kemudian diikuti orang tua penganten pria  baru diikuti boru yang mem-bawa tudu-tudu nisipanganon berikutnya rombongan calon penganten pria.
Pada saat sedang bersalam salaman Raja Parhata ni Parboru menunjukkan tempat duduk kepada rombongan calon penganten pria dan tudu-tudu ni sipanganon yang dibawa boru diletakkan ditengah-tengah , setelah semuanya duduk baru acara dimulai.











No comments:

Post a Comment