PATUA HATA DOHOT MARHUSIP
Mungkin pernah diantara
pembaca menerima Undangan atau Gokkon Dohot Jaou-jou dari dongan tubu atau boru atau dari dongan
sahuta, didalam undangan itu dikatakan sebagai berikut : .asa marneang ni
langka hamu ro mangadopi ulaon parhusipon dohot patua hata ni boru nami atau
anaknami… penulisan kalimat ini sebenarnya salah tetapi
mungkin disebabkan kurang memahami dan belum
bisa membedakan apa itu Patua
hata dan apa itu marhusip ,
sehingga dalam pengucapannya atau pencantumannya dan penulisannya dalam surat
undangan sering terbalik.
Penulisan MARHUSIP DOHOT
PATUA HATA tidak benar karena terlebih dahulu Patua hata
baru Marhusip jadi dalam
pengucapan dan penulisan harusnya Patua
hata dohot Marhusip jadi lebih dahulu Patua hata baru Marhusip,
kesalahan ini bagi orang yang belum begitu paham urut-urutan ni adat
mungkin adalah suatu kesalahan sepele, tetapi bagi orang yang sudah mengerti
dan faham akan jalannya ruhut-ruhut ni adat tentu suatu kesalahan besar.
Bagi orang Batak apabila
seorang gadis telah mengikat janji dengan seorang pemuda hendak berumah tangga
maka ikatan janji ini belum dianggap syah karena dianggap masih pembicaraan
sebatas hata ni naposo sehingga
belum resmi belum bisa menjadi pegangan
atau kepastian , untuk itu perlu ditingkatkan ke tingkat yang lebih resmi yaitu
ketingkat orang tua kedua belah pihak calon penganten.
Walau
sesungguhnya orang tua kedua calon penganten sudah tau dan sudah membicarakan
pada saat marhori-hori dinding juga
masih belum bisa dianggap resmi atau menjadi satu kepastian karena
pembicaraan itu baru sebatas kedua orang tua Pangoli dan Parboru , karena belum
terlibat dongan tubu , boru , dongan sahuta dan hula-hula secara resmi
Untuk itu
orang tua pangoli dan dongan tubu serta borunya harus datang kerumah parboru
lao patua hata untuk meningkatkan pembicaraan secara resmi kepada pihak
parboru, jadi pembicaraan itu tidak lagi hanya dipihak kedua calaon penganten
tetapi juga sudah melibatkan kedua pihak orang tua mereka.
Setelah pihak
parboru menerima permohonan orang tua pria untuk patua hata biasanya acara
dilanjutkan tu Parhusipon , untuk membicarakan pelaksanaan pesta
pamasu-masuon pada hari yang akan ditentukan nanti.
Namun perlu
diketahui bahwa semua yang dibicarakan pada saat marhusip ini dapat dikatakan
baru setengah resmi , kenapa ? Karena
hula-hula pada saat itu belum hadir yang hadir baru dongan tubu, boru dan raja ni dongan sahuta
Sedangkan
menurut adat Batak semua pembicaraan baru dapat dianggap syah dan resmi apabila
ketiga unsur dalihan natolu sudah hadir pada saat pembicaraan itu, oleh karena
itu istilah marhusip sering dikatakan marhusip-husip nagogo, berbisik-bisik
tetapi suaranya keras.
Dan itu
sebabnya pada saat marhusip tidak perlu banyak undangan karena pembicaraan pada saat itu baru sebatas
keluarga dekat.
Pernah
dilaksanakan di Jabotabek, atas kesepa-katan kedua belah pihak setelah selesai
patua hata lang-sung marhata sinamot , karena pada saat itu hula-hula dari
kedua belah pihak juga sudah hadir.
Ulaon seperti
ini disebut Pudun saut .
Kalau
ditinjau dari sudut efisiensi namun tetap dalam koridor ruhut-ruhut ni adat
setelah patua hata langsung marhata sinamot adalah lebih efektif dan efisien.
Karena
selain menghindarkan kejenuhan para
undangan pada saat pesta unjuk juga
sangat menghemat waktu , karena otomatis
:
- Tidak ada lagi marhata sinamot
- Tidak lagi pasahat sinamot karena sinamot sudah
diserahkan pada saat marhata sinamot
- Tidak ada lagi padalan panandaon tu suhi ni ampang naopat
karena sudah diberikan pada saat
marhata sinamot
- Tidak ada lagi pasahat tintin marangkup karena sudah diberikan pada
saat marhata sinamot
Yang belum diberikan hanya tinggal
pinggan panganan dan ulos tinonun sadari serta ulos herbang.
Hal lain yang sering membuat
rombongan calon penganten pria bingung saat mau masuk rumah calon penganten
wanita .
Siapa yang didepan , suhut
atau boru yang mem-bawa tudu-tudu
ni sipanganon!
Pada umumnya dan yang sering
dilaksanakan ialah yang paling depan sekali Raja Parhata ni Paranak karaena
dialah yang mengucapkan kata-kata .. horas ma dihamu raja nami ....,
kemudian diikuti orang tua penganten pria
baru diikuti boru yang mem-bawa tudu-tudu nisipanganon berikutnya
rombongan calon penganten pria.
Pada saat sedang bersalam salaman
Raja Parhata ni Parboru menunjukkan tempat duduk kepada rombongan calon
penganten pria dan tudu-tudu ni sipanganon yang dibawa boru diletakkan ditengah-tengah
, setelah semuanya duduk baru acara dimulai.
No comments:
Post a Comment